METODE
PENGINDERAAN JAUH
Metode
penelitian atau metodologi suatu studi adalah design menyeluruh untuk meyelesaikan
masalah penelitian. Di samping metode penelitian ada teknik penelitian, yaitu
alat khusus untuk melaksanakan metode, dapat pula diartikan sebagai cara
melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Pada analisis penginderaan jauh
yang biasa dipakai adalah metode analisis manual dengan
teknik analisis fotomorfik.
Metode Penginderaan jauh meliputi 7 tahap, yaitu :
1.
Perumusan
masalah dan tujuan
Masalah yang telah dirumuskan dengan jelas merupakan
landasan bagi perumusan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan
tersebut terkadang permasalahan yang terjadi dirumuskan sebagai sesuatu yang
ingin dicapai dikurangi dengan apa yang telah ada.
2. Evaluasi kemampuan
Penilaian terhadap
kemampuan menyangkut kemampuan pelaksana, tim, alat, dan perlengkapan, dana,
waktu. Antara tujuan dan kemampuan harus
sesuai.
3. Pemilihan prosedur
Pemilihan cara kerja yang baik perlu diketahui tentang
permasalahan yang ada serta tujuan dan kemampuan yang tersedia. Untuk itu dapat
digunakan teknik penginderaan jauh untuk memeperkecil biaya dan waktu
pelaksanaan.
4.
Persiapan
a.
Menyiapkan
data acuan
b.
Menyiapkan
data penginderaan jauh
c.
Menyiapkan
mozaik à serangkaian foto daerah tertentu yang bertampalan
disusun menjadi satu lembar foto.
d.
Orientasi
medan (bila mungkin).
5.
Interpretasi
data (Uji lapangan dan Interpretasi ulang )
a.
Interpretasi
Secara Digital ; dasarnya berupa klasifikasi pixel berdasarkan nilai
spektralnya
b.
Interpretasi
Secara Visual
·
Vink
(1965 )
·
Lo
(1976)
·
Roscoe
(1960)
·
Umali
(1983)
·
Estes
et al
6. Penyajian laporan
Penelitian murni à analisisnya pada bidang penginderaan jauh
·
mengkaji
korelasi spektral data tunggal (data digital maupun visual) à korelasi
sifat spektral tanah dan wujudnya pada citra
·
mengkaji
korelasi spektral pada data multispektral (foto multispektral, citra
multispektral/ data digital) à penyajian laporan tidak harus berupa peta
Penelitian terapan à penginderaan jauh membantu dalam perolehan data dan
analisis spasialnya. Misalnya untuk pertanian, geologi.
·
Haggett(1972)
à analisis
kovariasi spasial adalah kajian atas dua agihan spasial/ lebih yang berbeda-beda
bagi suatu daerah.
·
korelasi
antara kualitas lingkungan dan kepadatan penduduk
·
korelasi
antara tingkat erosi dan kemiringan lereng
7.
Uji
ketelitian
Uji
ketelitian sangan penting untuk dilaksanakan. Ketelitian data hasil interpretasi
sangan penting untuk diketahui sebelum dilakukan analisa terhadap data
tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk uji ketelitian dalam analisis
digital data penginderaan jauh adalah dengan menggunakan komputer, cara lain
yang dapat pula digunakan pada analisis manual atau visual data penginderaan
jauh yaitu dengan mengubah pixel menjadi grid/ petak-petak bujur sangkar atau
menjadi luas bagi masing-masing kelas hasil interpretasi.
UNSUR
INTERPRETASI CITRA
a.
Rona
/ warna
Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau primer
terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah untuk
identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran citra secara visual menuntut
tingkatan rona bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan teknik
penajaman citra ( enhacement) . Rona merupakan tingkat / gradasi keabuan yang
teramati pada citra penginderaan jauh yang dipresentasikan secara hitam-putih.
Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya elektromagnetik
sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang relative lebih kering.
b.
Bentuk
Bentuk
dan ukuran merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum
suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh .
c.
Ukuran
Ukuran
merupakan bagian informasi konstektual selain bentuk dan letak. Ukuran
merupakan atribut obyek yang berupa jarak , luas , tinggi, lereng dan volume
(sutanto, 1986). Ukuran merupakan cerminan penyajian penyajian luas daerah yang
ditempati oleh kelompok individu.
d.
Tekstur
Tekstur
merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra ( Kiefer, 1979). Tekstur
dihasilkan oleh kelompok unit kenampkan yang kecil, tekstur sering dinyatakan
kasar,halus, ataupu belang-belang (Sutanto, 1986). Contoh hutan primer
bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, tanaman padi bertekstur
halus.
e.
Pola
Pola
merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendiskripsikan tata ruang
pada kenampakan di citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang yang
menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Hal ini
membuat pola unsure penting untuk membedakan pola alami dan hasil budidaya
manusia. Sebagai contoh perkebunan karet , kelapa sawit sanagt mudah dibedakan
dari hutan dengan polanya dan jarak tanam yang seragam.
f.
Bayangan
Bayangan
merupakan unsure sekunder yang sering embantu untuk identifikasi obyek secara
visual , misalnya untuk mengidentifikasi hutan jarang, gugur daun, tajuk ( hal
ini lebih berguna pada citra resolusi tinggi ataupun foto udara).
g.
Situs
Situs
merupakan konotasi suatu obyek terhadap factor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan atau keberadaan suatu obyek. Sirtus bukan cirri suatu
obyek secara langsung, teapi kaitanya dengan factor lingkungan. Contoh hutan
mangrove selalu bersitus pada pantai tropic, ataupun muara sungai yang
berhubungan langsung dengan laut ( estuaria).
h.
Asosiasi
Asosiasi
menunjukkan komposisi sifat fisiognomi seragam dan tumbuh pada kondisi habita
yang sama. Asosiasi juga berarti kedekatan erat suatu obyek dengan obyek
lainnya. Contoh permukiman kita identik dengan adanya jaringan tarnsportasi
jalan yang lebih kompleks dibanding permukiman pedesaan.
SUMBER :
http://www.scribd.com/doc/53163381/. Diunduh pada Minggu, 16 September 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar